di Indo udah ada kok. itu buku lumayan lama, malah seingatku sebelum five people you meet in heaven. kemarin barusan lihat film-nya, produksi Harpo. adaptasinya bagus.
My dear Nindipong (4-year-old girl) is addicted to her left hand jempol. Tapi, dia kenyotnya cuman kalau ada jaket pink bergambar jerapah yang menemaninya. No jacket, no kenyot! Kalau sampai kelupaan bawa jaket pas bepergian, atau pas jaketnya dicuci, wah, repot banget. Nggak ada substitusinya. Dengan jaket pink-nya itu, kami sekeluarga punya permainan. Game ini tidak sengaja kami temukan. Setelah selesai dinner, biasanya Nino, Nindi n I maen2 di kamar. Biasanya kami main game pukul2an ala PUCCA pakai bantal. Entah siapa yang memulai, kami suka dengan game lempar jaket ini. Here is the rule: 1. Lipat jaket menjadi bulatan seperti bola 2. Sebutkan pertanyaan (positif) untuk peserta game 3. Lempar jaket ke orang yang dimaksud Here we go... Giliran Nindi yang pegang jaket: "Siapa yaaaannng... (dia senyum2) kalau pulang sering memberi kejutan?" Nindi lempar Jaket ke Nino. FYI, setiap pulang naik bus dari Surabaya ke Malang, Nino selalu menyempatkan membeli stiker (atau ma
Rekor baru: dalam dua minggu, saya sudah berkenalan dengan tetangga-tetangga satu apartemen. Lazimnya, orang sini tidak begitu peduli dengan tetangga sebelah. Masing-masing sibuk dengan urusan sendiri. Paling-paling saling tersenyum dan menyapa, " Hi, how are you ," kalau bertemu di depan pintu utama apartemen atau di tempat parkir mobil. Mungkin kalau ketemunya di tempat lain bakalan nggak tahu kalau orang ini tetangga satu apartemen. Dulu saya juga begitu. Ketika tinggal di Dulwich Hill, apartemen kami dibagi menjadi 12 unit. Saya hanya tahu satu orang yang tinggal di atas unit saya, karena dia mempunyai kucing yang kadang ikut masuk kalau saya buka pintu. Di Marrickville, kami tinggal bersama lima orang/keluarga lainnya. Saya lumayan mengenal tetangga sebelah unit persis, suami istri dari Yunani. Grumpy Old Man dan Grumpy Old Woman . Dari dalam apartemen, saya sering mendengar mereka bertengkar, dalam bahasa Yunani, sehingga saya nggak mengerti masalahnya apa. Tetangga
Aku udah rinduuuu banget pengin ngelihat “anakku” yang satu ini. Tau gak sih gimana rasanya ngelahirin, tapi enggak bisa ngelihat langsung wajahnya. Penasaran banget kan? Di hari kedua terbit, aku cuman dapet laporan dari temen di Jakarta, Jogja dan Medan kalau novelku udah ada di toko buku. Jumat kemaren, aku sengaja mampir ke TB Gramedia Matos. Perhitunganku, novelku udah nyampe di sini. Kebangetan deh kalau belum. Tgl 22 terbit, tgl 23 sampai ke Malang, tgl 24 mestinya udah di-display. Jrreeeennnggg!!! Udah ada! Aku melihat Troy di bagian buku baru, duduk manis, bersanding dengan novel Rahasia Bintang punya Dyan Nuranindya. Aaarrgghh, kenapa novelku barengan terbitnya sama Dyan si penulis best seller itu? Ih, jadi minder… Pertama kali ngelihat, ehm, covernya bagus. Emang sih, aku udah pernah ngelihat file-nya, tapi yang ini beda, tampak lebih gedhe gitu. Mantab banget deh. Ternyata reaksi pertamaku nggak seheboh waktu novel pertamaku (I’M SOMEBODY ELSE – KataKita, 2005) k
Makan siang Diet Mayo hari pertama Beneran nih mau nyoba diet mayo? Sudah baca pengalaman saya di sini kan? Nggak usah takut, dietnya nggak nyiksa-nyiksa banget kok, seenggaknya buat saya. Menu diet mayo sudah ditentukan untuk 13 hari. Ada menu sampai hari ketujuh, lalu hari kedelapan menunya mengulang dari hari pertama. Kabar baiknya, menu diet mayo ini bisa diakali agar ada rasanya, asal tidak ditambahi garam. Bumbu-bumbu lain seperti bawang, bawang bombay, bawang merah, lada putih, lada hitam, cabe dan berbagai macam herba diperbolehkan. Tapi nggak boleh pakai kecap manis atau saus tomat botolan ya. Bahkan mentega pun boleh, asal yang tawar ( unsalted butter ). Untuk sarapannya gampang banget, biasanya secangkir kopi atau teh, dengan 1 sendok teh gula rendah kalori. Saya pakai gula Tropicana Slim. Di hari keempat ada tambahan 1 iris roti bakar. Saya pakai roti gandum utuh ( whole wheat bread ). Sarapan hari kelima agak susah, karena cuma 1 wortel besar mentah yang diparut da
Banyak yang bertanya pada saya, bagaimana mengajari anak agar gemar membaca. Jawabannya sederhana: (1) orang tuanya harus memberi contoh, (2) ajak untuk menyenangi bacaan sejak dini. Diajak untuk menyenangi buku ya, bukan berarti diajari membaca sejak dini :) Kalau sudah senang sama buku, anak-anak otomatis ingin belajar membaca. Di sini saya merekomendasikan 12 buku cerita bergambar (berbahasa Inggris) untuk anak di bawah tiga tahun. Sebenarnya saya bisa merekomendasikan ratusan buku yang asyik, tapi yang 12 ini spesial, favorit kami dan yang paling sering kami baca. Little A, sekarang usia 7 tahun, masih sering baca sendiri buku-buku ini. Big A yang sudah umur 14 tahun juga kadang mengintip buku ini. Lha saya saja yang sudah kepala tiga tetap suka membaca buku anak-anak yang asyik kok :) Yang ingin memulai membangun perpustakaan pribadi, bisa membeli satu buku tiap dua bulan ketika anak berusia 1 tahun. Harganya di bawah $10 dolar semua, jadi nggak berat kan? Ket
Hellooo Spring... Lupa kalau di Indonesia adanya musim kemarau sama musim penghujan :p Pagi ini Si Kakak aka Big A pas sarapan bilang, "Welcome September, welcome spring." Dia terkesan banget sama spring di Ostrali karena tiap September biasanya dia kena hayfever, alergi sama pollen. Dan saya jadi ingat kebiasaan saya beres-beres isi lemari ketika musim semi tiba. Packing baju winter, keluarin baju bunga-bunga dan warna cerah. Trus saya ingat lagi rencana saya untuk membuat capsule wardrobe . Udah dari dulu kala nih niatnya, tapi nggak sempat-sempat terus. Pernah dengar tentang Capsule Wardrobe? Intinya sih, lemari pakaian yang isinya cuma 33 barang, termasuk sepatu dan aksesoris (matek), yang bisa digunakan sepanjang musim (tiga bulan). Kalau ada empat musim, berarti bikin koleksi 4 kapsul yang isinya 33 barang aja. Untungnya baju dalam dan baju olahraga nggak perlu dimasukkan dalam hitungan yang 33 itu *lega*. Kalau mau baca-baca lebih lanjut tentang capsule wardrobel
Menu makan siang hari ke-3 dan ke-10 Diet Mayo apaan sih? Tadinya saya percaya ini diet bikinan Mayo Clinic yang terkenal di US. Saya memang sudah tahu tentang Klinik Mayo dan punya buku panduannya untuk kesehatan keluarga. Tapi setelah saya telusuri lebih lanjut, ternyata Mayo Clinic sendiri tidak pernah membuat menu diet seperti ini. Apakah menu diet 13-hari yang beredar ini versi Indonesia-nya? Tidak tahu juga. Trus ngapain saya tetap mau ngejalanin diet yang 'gak jelas' ini? Tentu saja karena kepepet. Belakangan ini rasanya saya semakin gendut aja. Badan rasanya lesu, gampang capek, dan susah konsentrasi. Tanda-tanda penuaan juga semakin muncul: uban tambah banyak! Yang lebih parah lagi, saya jadi nggak pede memasang foto-foto liburan di blog traveling saya karena kegendutan. Duh, kalau begini caranya, bisa hancur karier saya sebagai travel blogger :D Berat badan saya sebelum diet mencapai 56,8 kg. Ini sama dengan BB waktu hamil Little A. Mungkin ada yang nanya, &quo
Saya di gedung pusat Goethe Uni :) Tahun 2014, saya mendaftar program S2 di salah satu universitas di Surabaya. Ditolak :( Lima tahun kemudian, saya diterima di program S2 salah satu universitas bergengsi di Jerman. Begini ceritanya… Alasan saya ditolak di program S2 di universitas tersebut karena... S1 saya tidak linier. Program S2 yang saya minati ini di rumpun ilmu humaniora, sementara saya sendiri sarjana sains, tepatnya lulusan Kimia UGM. Banyak yang kaget ketika saya beritahu kalau saya anak MIPA. Banyak yang nggak percaya juga. Saya sendiri kadang juga nggak percaya, kok bisa sampai lulus, hehehe. Yang kaget terutama teman-teman yang mengenal saya belakangan, yang tahunya saya berkecimpung di dunia kepenulisan, yang tahu saya bekerja part time sebagai editor dan penerjemah, dan isi medsos saya yang sering kampanye tentang literasi. Saya yang nggak pernah ngungkit-ngungkit Kimia sama sekali. Ha gimana, udah lupaaa *tutup mata. Tadinya saya juga ragu apa
Rating: ★★★ Category: Books Genre: Teens Author: Ken Terate Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit: 2005 Inilah teenlit rasa orange juice: seger banget! Enggak salah sih kalau teenlit ini dibilang seger banget. Ceritanya tentang tiga orang yang berbeda banget karakternya, yang kemudian sobatan: 1. Marcella: cewek cantik dari Jakarta, yang sebel karena harus pindah ke Jogja yang ‘ndeso’ banget. 2. Joy, yang memilih Jogja sebagai tempat pelariannya dari masalah perceraian ortunya. 3. Wening, cewek kuper dan penyakitan dari Gunung Kidul yang ke Jogja dengan sejuta impian. Masing-masing punya impian, dan berusaha untuk meraih impian itu. Ceritanya khas remaja banget, ada adegan pajamas party, dekor kamar, make over, dll. Anything that you can read from girl’s magazines. Untung deh enggak ada adegan genk kakak-kakak kelas centil dan rese atau cowok super ganteng pindahan dari manaaaa gitu. Yang unik dari teenlit ini adalah sudut pandang yang dipakai penulisnya. Ken menulis menggunaka
Tadinya aku nggak mau ikut-ikutan nulis tentang zonasi yang sedang ramai dibicarakan di Indonesia. Tapi karena banyak yang ingin tahu tentang sistem sekolah di sini, aku akan membagikan pengalaman keluarga kami ‘mencarikan’ sekolah menengah buat Lil A (11 tahun). Semoga bisa menambah wawasan. Kami tinggal di kota Frankfurt am Main di negara bagian Hessen. Sekolah dasar (Grundschule) di sini, sama dengan sebagian besar negara bagian lain di Jerman, hanya sampai kelas 4. Mulai kelas 5, anak-anak masuk sekolah menengah yang terbagi menjadi tiga macam: Hauptschule, Realschule, dan Gymnasium. Jerman menerapkan wajib belajar sampai anak-anak berusia 16 tahun. Undang-undang mengamanatkan setiap anak (tidak peduli status kependudukannya, apakah imigran atau refugee) berhak mendapatkan akses pendidikan, selama anak ini tinggal di Jerman dan belum menginjak usia 16 tahun. Pemerintah wajib menyalurkan anak usia sekolah ke sekolah terdekat dengan tempat tinggal. Ini mirip dengan ketika
Comments