Saya di gedung pusat Goethe Uni :) Tahun 2014, saya mendaftar program S2 di salah satu universitas di Surabaya. Ditolak :( Lima tahun kemudian, saya diterima di program S2 salah satu universitas bergengsi di Jerman. Begini ceritanya… Alasan saya ditolak di program S2 di universitas tersebut karena... S1 saya tidak linier. Program S2 yang saya minati ini di rumpun ilmu humaniora, sementara saya sendiri sarjana sains, tepatnya lulusan Kimia UGM. Banyak yang kaget ketika saya beritahu kalau saya anak MIPA. Banyak yang nggak percaya juga. Saya sendiri kadang juga nggak percaya, kok bisa sampai lulus, hehehe. Yang kaget terutama teman-teman yang mengenal saya belakangan, yang tahunya saya berkecimpung di dunia kepenulisan, yang tahu saya bekerja part time sebagai editor dan penerjemah, dan isi medsos saya yang sering kampanye tentang literasi. Saya yang nggak pernah ngungkit-ngungkit Kimia sama sekali. Ha gimana, udah lupaaa *tutup mata. Tadinya saya juga ragu apa
Makan siang Diet Mayo hari pertama Beneran nih mau nyoba diet mayo? Sudah baca pengalaman saya di sini kan? Nggak usah takut, dietnya nggak nyiksa-nyiksa banget kok, seenggaknya buat saya. Menu diet mayo sudah ditentukan untuk 13 hari. Ada menu sampai hari ketujuh, lalu hari kedelapan menunya mengulang dari hari pertama. Kabar baiknya, menu diet mayo ini bisa diakali agar ada rasanya, asal tidak ditambahi garam. Bumbu-bumbu lain seperti bawang, bawang bombay, bawang merah, lada putih, lada hitam, cabe dan berbagai macam herba diperbolehkan. Tapi nggak boleh pakai kecap manis atau saus tomat botolan ya. Bahkan mentega pun boleh, asal yang tawar ( unsalted butter ). Untuk sarapannya gampang banget, biasanya secangkir kopi atau teh, dengan 1 sendok teh gula rendah kalori. Saya pakai gula Tropicana Slim. Di hari keempat ada tambahan 1 iris roti bakar. Saya pakai roti gandum utuh ( whole wheat bread ). Sarapan hari kelima agak susah, karena cuma 1 wortel besar mentah yang diparut da
Menu makan siang hari ke-3 dan ke-10 Diet Mayo apaan sih? Tadinya saya percaya ini diet bikinan Mayo Clinic yang terkenal di US. Saya memang sudah tahu tentang Klinik Mayo dan punya buku panduannya untuk kesehatan keluarga. Tapi setelah saya telusuri lebih lanjut, ternyata Mayo Clinic sendiri tidak pernah membuat menu diet seperti ini. Apakah menu diet 13-hari yang beredar ini versi Indonesia-nya? Tidak tahu juga. Trus ngapain saya tetap mau ngejalanin diet yang 'gak jelas' ini? Tentu saja karena kepepet. Belakangan ini rasanya saya semakin gendut aja. Badan rasanya lesu, gampang capek, dan susah konsentrasi. Tanda-tanda penuaan juga semakin muncul: uban tambah banyak! Yang lebih parah lagi, saya jadi nggak pede memasang foto-foto liburan di blog traveling saya karena kegendutan. Duh, kalau begini caranya, bisa hancur karier saya sebagai travel blogger :D Berat badan saya sebelum diet mencapai 56,8 kg. Ini sama dengan BB waktu hamil Little A. Mungkin ada yang nanya, &quo
The happy girl Tahun ini saya dan Nino merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-20. Karena angkanya cukup istimewa (dan genap :p) saya ingin kencan yang nggak biasa-biasa aja. Di akhir bulan Mei saya sudah booking ke Nino, biar nggak tabrakan sama acara rapat-rapatnya. "Mas, nanti pas anniversary kita, nge-date yuk?" Nino dengan sigap membuka Google Calendar di tabletnya, langsung mengiyakan. "Oke... tanggal berapa?" tanyanya dengan nada datar. And I am like, "Excuse meeee..." Hahaha, same old Nino, jarang ingat tanggal anniversary kami. Saya nggak pernah mempermasalahkan hal sepele seperti lupa tanggal, lha wong saya sendiri juga pernah lupa. Saya merasa sudah cukup mengenalnya untuk tidak menaruh harapan terlalu tinggi untuk hal-hal yang sepele. Kalau tidak mau dikecewakan soal kado ultah, misalnya, ya saya kasih hint yang terang benderang. Biar surprise-nya masih ada (sedikit), tapi saya nggak kecewa karena bakal terima kado sesuai harapan, haha. Di u
Hellooo Spring... Lupa kalau di Indonesia adanya musim kemarau sama musim penghujan :p Pagi ini Si Kakak aka Big A pas sarapan bilang, "Welcome September, welcome spring." Dia terkesan banget sama spring di Ostrali karena tiap September biasanya dia kena hayfever, alergi sama pollen. Dan saya jadi ingat kebiasaan saya beres-beres isi lemari ketika musim semi tiba. Packing baju winter, keluarin baju bunga-bunga dan warna cerah. Trus saya ingat lagi rencana saya untuk membuat capsule wardrobe . Udah dari dulu kala nih niatnya, tapi nggak sempat-sempat terus. Pernah dengar tentang Capsule Wardrobe? Intinya sih, lemari pakaian yang isinya cuma 33 barang, termasuk sepatu dan aksesoris (matek), yang bisa digunakan sepanjang musim (tiga bulan). Kalau ada empat musim, berarti bikin koleksi 4 kapsul yang isinya 33 barang aja. Untungnya baju dalam dan baju olahraga nggak perlu dimasukkan dalam hitungan yang 33 itu *lega*. Kalau mau baca-baca lebih lanjut tentang capsule wardrobel
Tahun lalu buku-buku yang dibaca Lil A (10 tahun) tidak banyak. Aku maklum karena fokus kami tahun lalu adalah perkembangan bahasa Jermannya. Juga, dia sedang di usia nanggung. Interest-nya ke buku anak-anak berkurang, sementara untuk cerita di buku remaja belum nyandak. Selain bacaan pendek dari buku pelajaran bahasa Jerman, Lil A juga bisa membaca satu buku novel anak berbahasa Jerman, dengan ilustrasi, saya belikan ketika bertemu penulisnya di Frankfurt Book Fai r. Selain itu dia baca Dork Diary terbaru dalam bahasa Inggris. Buku Good Night Stories for Rebel Girls belum selesai dia baca. Beberapa hari ini, kami sekeluarga nonton Crash Course: History of The World dari You Tube, setiap selesai makan malam. Host-nya John Green. Big A sudah khatam nonton seri ini, dan ingin berbagi dengan Lil A dan ortunya. Ketika saya nyeletuk memuji kecerdasan John Green dan buku-bukunya, Lil A kaget kalau ternyata dia seorang penulis. Nah... kesempatan untuk ngiming-imingi Lil A untuk memb
[Tulisan panjang, dibaca normal 9 menit] Kemarin (3/12) hasil dari PISA (Programme for International Student Assesment) 2018 dirilis. Saya tidak ingin mengomentari ranking Indonesia seperti yang ditulis para wartawan *sigh. Tapi mari kita lihat hasil anak-anak kita di bidang literasi. Dari murid-murid usia 15 tahun yang disurvei PISA, hanya 30% yang memenuhi kompetensi minimal membaca. Tujuh puluh persen sisanya masih di bawah kompetensi minimal. Skor ‘membaca’ kita 371, turun 26 poin dibanding 3 tahun lalu (2015). Dari tahun 2000, skor membaca kita sempat naik, tapi hasil 2018 ini turun lagi, menjadi sama dengan skor delapan belas tahun yang lalu. Bagusnya, kali ini Mas Menteri mau mengakui hasil jeblok ini. “Penurunan signifikan dalam skor literasi membaca siswa kita ini tidak perlu ditutupi, tidak perlu dibungkus seolah tidak terlalu buruk. Kita harus akui dan lebih serius mencari solusinya. Bukan hanya guru, tapi juga orangtua.” Siap, Mas. Saya jadi merasa terpanggil. T
Rating: ★★ Category: Books Genre: Teens Author: Maria Ardelia Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman: 354 Tahun pertama terbit: 2004 Ini novel teenlit pertama yang kubaca (ehm, waktu itu ‘terpaksa’ beli teenlit karena harus punya formulir untuk ikutan lomba, hehehe). Kesan pertama waktu baca: Gilak, FONT-NYA GEDHE-GEDHE banget! Maklum deh, waktu itu abis baca The God Of Small Things (Arundhati Roy). Langsung jeglek deh. Ini buku anak-anak banget. Perlu penyesuaian sampai beberapa halaman pertama untuk dapat menikmati novel ini. Maklum deh, baru pertama baca ‘novel ginian’. Tapi lama-lama enjoy juga, apalagi pas ceritanya udah mulai seru. Novel ini berkisah tentang Sasha, cewek tomboy yang tiba-tiba jatuh cinta sama Arnold, cowok keren dari SMA sebelah. Love at first sight gitu deh. Terus, untuk ngedapetin si cowok keren itu, Sasha sampai rela mengubah dirinya untuk jadi feminin, persis seperti yang diinginkan Arnold. Sasha sampai repot ganti style rambut, pakai baju-baju femin
Sampah daur ulang. Abaikan merk :p Saya belajar memilah sampah ketika tinggal di Sydney, tahun 2006. Nggak sukarela sih belajarnya. Pemkot sana mewajibkan setiap rumah tangga (penghuni rumah atau apartemen) untuk memilah sampah yang bisa didaur ulang. Sampah biasa ditaruh di tong sampah dengan tutup merah, sementara sampah yang bisa didaur ulang dibuang di tong sampah bertutup kuning. Tong merah diangkut truk sampah seminggu sekali, sementara tong kuning dikosongkan setiap dua minggu sekali. Pemkot mengkampanyekan dengan jelas apa yang bisa didaur ulang, termasuk kardus, botol beling, botol plastik, dll. Kalau ada barang-barang yang sebenarnya tidak bisa didaur ulang tapi dimasukkan ke tong kuning-misalnya tas kresek-tukang sampah tidak akan mau mengangkut sampah kita. Jadi yaa... terpaksa belajar. Lama-lama kami sekeluarga jadi terbiasa memilah sampah. Rasanya kok eman (sayang) kalau benda yang masih bisa dipakai hanya berakhir di TPA. Setelah pulang ke Surabaya,
My mom emailed me the file of my published-in-KOMPAS short story yesterday. Nindi was curious to see the page with cute illustration. "What is that, Mommy?" "This is mommy's short story, appeared in newspaper. Let me read it for you." Then I read the story for her. I wrote this about 9 months ago (I forget the exact date as I don't have the original file). This story is about Nindi sucking her thumb. It is based in a true story but I modified some parts. At first, Nindi enjoyed the story. But then when I finished reading, she puckered up her lip. "Mommy, why do you write story about me? Everybody will know..." She was upset. Oh, Dear. I tried to explain to her that it was just a story. "Please don't write about me again, Mommy. Don't write that I like playing doctor. Mbak Nina will know that I don't like being the patient. I just like being the doctor. You promise?" I said nothing but hug her. A.K. in the picture: N
Comments
kapan yach, wajahku nongol diharian umum kotaku.
=D
*suatu saat dech..itu pasti..asal bukan harian kriminal. halah...!!
yg jelas dunk mal,,,